Monday 16 September 2019


Assalamualaikum,
Selamat malam, Readers..

Kali ini aku bakal nulis resensi novel dari penulis yang novelnya selalu jadi best seller.

Yappp.... Aku bakal resensi novel karya Tere Liye yang berjudul “Rembulan Tenggelam di Wajahmu”.


Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Republika pertama kali pada tahun 2009 dan sekarang sudah mencapai cetakan ke 35. Tiga puluh lima gaes tiga puluh lima dalam waktu sepuluh tahun. Oke lanjut.

Novel ini memiliki ukuran 20.5 x 13.5 cm dengan jumlah halaman iv+425 halaman.

Kita masuk ke sinopsis yang ada di belakang novel ini yaaa gaes..

Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita. Lantas lembut berkata: “Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?”
Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?
Ray (tokoh utama dalam kisah ini), ternyata memiliki kecamuk pertanyaan sendiri. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna hidup dan kehidupannya.
Siapkan energi Anda untuk memasuki dunia ‘fantasi’ tere-liye tentang perjalanan hidup. Di sini hanya ada satu rumus: semua urusan adalah sederhana. Maka mulailah membaca dengan menghela nafas lega.

Nah begitu yang tertulis dibagian belakang novel ini dengan terdapat tiga komentar pembaca (ini dicover cetakan ke tiga puluh lima yaa).

Seperti yang diceritakan di belakang cover novel ini, Ray adalah seorang yatim piatu yang tinggal di sebuah panti yang sangat dia benci. Ketika usianya menginjak remaja ia memutuskan untuk kabur dari panti dan hidup bebas di jalanan.

Ia sempat tinggal di jalanan, kemudian bertemu dengan Bang Ape dan ia tinggal di rumah singgah. Kehidupannya membaik saat tinggal di rumah singgah sampai suatu hari terjadi sesuatu yang mengharuskan ia pergi dari sana.

Ray merupakan sosok yang digambarkan dengan perawakan tegap, gagah, kekar. Ray juga digambarkan sebagai laki-laki penikmat cahaya rembulan.
Saat berusia dua puluhan Ray bertemu dengan Plee. Dan menjadi partner dalam pencurian besar-besaran.

Ray bertemu malaikat dengan tatapan lembut saat keadaannya sebagai pasien yang sedang koma.
Saat membaca novel ini kita akan berpikir sebenarnya alangkah sederhananya hidup ini. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Terdengar sederhana, namun untuk menemukan jawaban-jawaban itu kita harus melewati lorong waktu. Kilas balik kehidupan Ray digambarkan sangat jelas dan betapa kita tak dapat menerka-nerka apa yang akan dituliskan selanjutnya oleh Tere-Liye di halaman selanjutnya.

Awalnya aku kira di dalam novel ini tidak bakal ada yang namanya kisah percintaan karena sejak awal sudah rumit sekali permasalahan yang dihadapi Ray. Ternyata aku salah, di usia dua puluhan 
Ray bertemu dengan seseorang yang akan menjadi pendamping hidup di sini. Si gigi kelinci.

Aku sangat merekomendasikan novel ini karena memang ceritanya yang syarat akan makna kehidupan, betapa sederhananya hidup ini. betapa tak dapatnya kita berandai-andai.

Sekian resensi novel dari aku. Maaf jika mengecewakan.
Wassalamualaikum

Faranda's Blog . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates